Mimpi ‘sang Penghibur’, sayangnya (kalau) hanya setinggi Gedung/Konstruksi RCTI.

Abdalah Gifar
4 min readJun 2, 2023
Penampakan Gedung/Studio RCTI+ saat Grand Finalis Indonesian Idol Season XII dihantarkan keluar gedung. (sumber : Youtube Channel Indonesian Idol)

Congratulation, Idolaque!

Mimpi jadi penyanyi, masuk industri musik Indonesia, sehingga terkenal, menjadi bintang dan idola yang dipuja-puja fanbase setia, dreams come true!

Selamat kepada Salma Salsabil yang jadi Juara Indonesian Idol Season XII tahun 2023 ini! Saya tonton setiap penampilannya yang kerap menyuguhkan ketidakterdugaan dalam membawakan lagu. Suaranya bagus, enak didengar, perform-nya yang memukau sering mendapat standing ovation dari para juri. Laik!

Selamat juga kepada 13 finalis lainnya yang sudah masuk babak spektakuler. Apa yang sudah mereka usahakan melalui proses panjang — yang pasti tidak mudah — telah membuahkan hasil.

Awalnya saya menjagokan Neyl karena sudah terbilang langka penyanyi rock yang eksis di industri musik Indonesia saat ini. Apalagi dia punya karakater suara sekaligus kepribadian ‘rock n roll’ dengan jiwa rebel, ada harapan untuk memberi penyegaran + dobrakan.

Saya bersama jutaan orang Indonesia lainnya terbawa, terikat, dan dipastikan terhibur pada ajang pencarian bakat ini. Tahun-tahun sebelumnya rasanya saya enggak sampai mengulang-ngulang nonton videonya di Youtube. Magic!

Tidak berhenti hanya nonton ulang penampilan para finalis di panggung spektakuler yang berada di Studio RCTI+, tergiring juga saya menonton ‘Idol Backstage Anything Else (Idol Bae)’, ‘Idol Extra’, ‘Idolyfe’, dan konten lainnya terkait Idol yang nongol di channel lain. Begitu menariknya karakter dan persahabatan mereka. Terima kasih kepada kalian, saya terhibur.

Ini asli mimpi mereka?

Video-video sebelumnya yang terlewat, bagaimana kehidupan 14 finalis di karantina dari sejak masih lengkap saya jabanin, jadi hiburan. Di tengah “biusan” hiburan tersebut, tersadarkanlah sesuatu pada saat para Idol ditanyakan alasan mengikuti ajang ini. Di antara jawaban dari sejumlah Idol yang memang sudah lama tertempa ajang serupa ataupun sudah bermusik dan bernyanyi sejak belia, terselip jawaban uji bakat/kemampuan, iseng, dan keinginan untuk minimal masuk televisi. Jadi betulkah itu murni mimpi mereka?

Terlebih, kadung terpikat Idol Season ini penggalian saya pun sampai pada satu fakta, diketahui bahwa para Idol angkatan/tahun-tahun sebelumnya terikat dalam satu manajemen yang sama : Star Media Nusantara, part of MNC Group, yang juga holding dari RCTI.

Para jebolan Indonesian Idol dan kontestan lain diumumkan masuk ke dalam manajemen di bawah MNC Group (sumber : Instagram Star Media Nusantara)

Hei-hei, ajang yang sudah mendorong ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang untuk mengantre kalau diakumulasikan dari Season I saat juaranya Joy Tobing tahun 2004 s.d. Season XII tahun 2023. Belum lagi yang terinspirasi untuk mengikuti jejak para Penghibur di negeri ini yang punya kebisaan bernyanyi terlecut mengadu nasib di Indonesian Idol atau ajang pencarian bakat lainnya (di sini program dari RCTI bersama MNC Group market leader-nya) tidak terhitung jumlahnya. Gambaran ataupun khayalan itu masuk ke alam pikiran anak muda dan/atau orang tua-orang tua mereka.

Inikah yang namanya jualan : MIMPI. Mimpi yang sudah dikonstruksi?

Di bawah holding dan juga building yang sama, para Penghibur ini jadi pengisi di program-program acara RCTI dan grup MNC setelah sebelumnya mekanisme vote-nya pun melalui digital payment dari grup yang sama. Mereka diberi penghargaan dari program acara berbeda tapi dari televisi yang sama dengan panggung bernyanyi di situ-situ juga, di Studio RCTI+. Bisa dan telah terbukti ada juga pasangan Idol populer yang nongol di stasiun televisi lain atau channel lain, tetapi tetap harus melalui manajemen MNC Group.

Program khusus Top 4 Indonesian Idol di Platform RCTI+ (sumber : Instagram Indonesian Idol)

Mungkinkah itu sebagai balas jasa atas ditemukan dan diangkatnya bakat mereka? Yang jelas ini rantai bisnis yang gokil! Konglomerasi stasiun televisi swasta pertama di Indonesia ini tidak lagi hanya berkutat dalam bisnis program acara, tapi juga bisnis talent/artist management.

Bukan hanya bicara mencari talent atau bakat baru, yang barangkali bisa disingkap juga pihak televisi melalui ajang pencarian bakat itu tengah memburu aset “mentah” atau “setengah jadi” untuk makin dipoles dan diangkat agar bisa jadi magnet pendukung dan terbentuk fans setia sebagai pemirsa potensial. Tentu itu bisnis konten yang menggiurkan dan mungkin terjamin dalam menarik sponsor dan pengiklan. Tentu para talenta (mungkin bisa dibaca : “aset-aset”) ini punya nilai jual untuk diakuisisi juga pada ujungnya.

“Ajang pencarian bakat hanyalah awal untuk menghadapi industri yang sebenarnya.” — ucapan yang sering diulang-ulang.

Di sisi yang lain, bagi para jebolan Idol, beresiko juga mungkin kalau mereka lepas dari manajemen yang sudah berjasa memunculkannya di televisi dan seluruh platformnya, bisa jadi kena penalti/sanksi, blacklist, ataupun kembali ke pertarungan bebas dalam industri secara mandiri maupun independen. Tanpa ditunjang mentalitas dan personal branding yang kuat, karier ‘sang Penghibur’ bisa tenggelam, bintang yang sudah bersinar bisa cepat terbenam.

Apa mau dikata lagi…

Selamat menjalani karier dan mimpi kalian. Entah akan merasa perlu atau tidak, iringilah dengan idealisme dan misi sekalipun kalian masih muda yang sedang bergelora dan tengah menikmati kepopuleran di bidang yang disuka.

Tidak perlu nunggu tua di masa depan untuk tahu dan merasakan kebuntuan di puncak fananya kenikmatan dunia yang dirasakan para idola besar dunia yang tidak membawa misi hidup dalam kehidupan ini, sebut Kurt Cobain, Amy Whitehouse, Cester Bennington. Popularitas yang diidamkan ujungnya bisa mengganggu dan menjemukan. Kesukaan atau kecintaan dalam bermusik dan bernyanyi bisa akan terasa jadi siksaan di bawah tekanan.

Itulah mengapa Coldplay punya isu atau bisa jadi misi selain melantunkan lagu, berjingkrak- jingkrakan. Mereka mengisi jiwa penikmat musiknya, seraya mengisi pikiran pendengarnya. Atau lebih lawas lagi, ada John Lennon yang menyuarakan kepedulian isu global di samping mendendangkan lagu.

Wahai ‘sang Penghibur’.

Penyanyi itu didengar karena punya suara. Dengan musik misi masuk. Batin terhantarkan dengan indah untuk bangkit atau terlena dalam kejatuhan. Karena jika hanya semata sebagai pemuas, hiburan itu pereda kenyataan sementara.

Sekian.

Diketik sambil…

menikmati musik 2 belahan dunia dalam 1 program tv di 2 Juni.

Merasakan kembali sensasi deadline, micro-essay ini tidak mau lewat hari.

--

--