Kebanyakan masalah adalah akibat urusan yang belum selesai, tugas yang ditunda-ditunda, dan janji yang belum ditepati.

Abdalah Gifar
2 min readJun 1, 2023

Bagaimana tidak, kita yang berada dalam perputaran waktu dengan terlalu mudahnya melewatkan waktu berlalu, saat urusan, tugas atau pekerjaan, dan janji, belum tertuntaskan.

“Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” -judul sebuah novel karya Eka Kurniawan.

Tiba-tiba aja teringat judul novel yang saya baru tahu lebih jauh ceritanya saat sudah dibuat film oleh Edwin.

Tapi tentu urusannya bukan soal cinta melulu, apalagi romansa yang masih belum menentu yang belum terikat oleh akad. Masalah di luar romansa atau cinta-cintaan tentu bisa lebih besar.

Bayangkan atau barangkali sudah pernah terasakan bagaimana kita seperti dikejar-kejar urusan, tugas, pekerjaan, dan janji yang hadir dari masa atau waktu yang sudah lalu. Bukannya ‘move on’ ke depan, ‘to improve’ masalah-masalah yang akan datang, masalah malah masih berkutat di urusan yang belum selesai, pekerjaan yang tertunda, dan janji yang bisa teringkari. Bagaimana bisa melangkah ke hari esok dengan lebih yakin dan meyakinkan?

Setiap amal ada masa atau waktunya, setiap waktu ada amalnya. — quote pribadi.

Belajar, mengambil hikmah dari Q.S. Al-Ashr, dinyatakan : Demi waktu; sesungguhnya manusia itu dalam kerugian; kecuali yang beriman dan beramal sholeh, dan yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.

Dalam interpretasi pribadi, iman dan amal sholeh serta bentuk dakwah (saling mengingatkan) itu berada dalam konteks waktu, sebagai pengikat yang disebut di ayat pertama dan menjadi nama surat ini.

Pada simpulannya, sementara ini, janganlah bermain-main dengan waktu. Makanan akan ada masa kadaluarsanya, tentu dalam hal urusan ataupun pekerjaan ada masa tenggangnya (deadline). Sebagaimana hidup dalam batas waktu tertentu kita akan mati.

Janganlah meninggalkan masalah di hari ini yang akan menjadi hari kemaren pada besok hari karena masalah tidak akan selesai dengan sendirinya tetapi justru membesar dalam gulungan waktu yang terus berputar. Sebuah pesan bisikan suara hati yang nyaring berbunyi tanpa menggetarkan gendang telinga, namun kembali masuk menusuk-nusuk hati.

Satu malam Juni di kedai kopi, tempat si Janggut Putih.

--

--